Sedikit cerita tentang peternakan pada tahun 2003 chicken leg quarter (CLQ) dari USA masuk ke Indonesia. Kami mahasiswa APB, UNWAMA dan UGM yang tergabung di ISMAPETI mendemo akan hal itu. Dan berita ini masuk koran Kedaulatan Rakyat sehari setelah kami melakukan demo, tanpa sengaja saya melihat dan membaca berita koran tersebut. Ternyata saya terbidik kamera sang jurnalis, untung waktu itu saya menolehkan kepala kekanan kekiri (wez ntar kalo ketangkap repot urusannya hehehe..) Cerita kejadian waktu itu, dengan tangan mengepal keatas dan kami meneriakkan yal-yal "kami bersatu tak bisa terkalahkan". Turunkan ibu Rini Suwandi mendagri saat itu, apabila beliau tidak mendengarkan aspirasi kami mahasiswa. Tolak CLQ atau otonomi daerah. Aksi ini berlangsung di depan gedung DPR kawasan malioboro dan berkehendak menemui gubernur dikediamannya alun - alun utara. Tapi saya waktu itu tidak sampai menemui gubernur soalnya berbarengan les musik drum, walaupun demikian rekan - rekan mahasiswa lain meneruskan aksinya sampai menemui gubernur. Nah sampai disini saya tidak tahu kepastian tentang CLQ itu.
Mengapa kami membela para peternak dikarenakan harganya CLQ murah seharga 4-5 ribu/kg sedangkan harga daging ayam produksi peternak seharga 7-8 ribu/kg. Lagipula hasil produksi ayam untuk ekspor dari Indonesia ditolak dengan alasan residu dan pemakaian bahan antibiotika yang tinggi. Gimana peternakan mengembangkan sayap, produksi melimpah sedangkan masyarakat Indonesia masih belum bisa menikmati karena minimnya pendapatan yang diterima. Terus bagaimana dengan kasus Flu Burung atau yang lebih keren dengan sebutan H5N1, ehm untuk yang ini serahkan ke ahlinya, saya cuma seorang pengecut..........
Untuk itu diperlukan kecermatan persfektif dalam menyusun formula, maka dari itu pertolongan sekecil apapun yang diberikan bagi dunia peternakan saya harapkan dapat membantu dalam mengatasi permasalahan ini.
Mengapa kami membela para peternak dikarenakan harganya CLQ murah seharga 4-5 ribu/kg sedangkan harga daging ayam produksi peternak seharga 7-8 ribu/kg. Lagipula hasil produksi ayam untuk ekspor dari Indonesia ditolak dengan alasan residu dan pemakaian bahan antibiotika yang tinggi. Gimana peternakan mengembangkan sayap, produksi melimpah sedangkan masyarakat Indonesia masih belum bisa menikmati karena minimnya pendapatan yang diterima. Terus bagaimana dengan kasus Flu Burung atau yang lebih keren dengan sebutan H5N1, ehm untuk yang ini serahkan ke ahlinya, saya cuma seorang pengecut..........
Untuk itu diperlukan kecermatan persfektif dalam menyusun formula, maka dari itu pertolongan sekecil apapun yang diberikan bagi dunia peternakan saya harapkan dapat membantu dalam mengatasi permasalahan ini.
Menurut prinsip saya "Makanan apabila kandungan gizi diantaranya protein tinggi maka harganya menjadi mahal dan apabila dikonsumsi sedikit akan terasa kenyang. Sedangkan makanan yang baik adalah makanan yang banyak mengandung protein, energi metabolisme dan sedikit kandungan lemak, serat kasar, kalsium dan mineral".
kyH h Pr 2